Mendorong Ratifikasi ILO C188: Dari Marrakesh ke Jakarta

Oleh: Syofyan el Comandante
Sekretaris Jenderal Serikat Pekerja SAKTI / Koordinator Team 9 untuk Ratifikasi ILO C188

Berawal dari partisipasi penulis dalam Kongres International Transport Workers’ Federation (ITF) di Marrakesh, Maroko, tahun lalu, sebuah fakta mengejutkan terungkap dalam forum diskusi sektor perikanan. Saat penulis menyampaikan permohonan dukungan kepada ITF atas inisiatif masyarakat sipil Indonesia yang tergabung dalam Team 9 untuk mendorong ratifikasi Konvensi ILO C188, perwakilan senior ITF menyampaikan bahwa dalam forum diskusi di Jenewa, justru Indonesia termasuk negara yang belum menyepakati ratifikasi konvensi penting tersebut.

Konvensi ILO C188 adalah instrumen internasional yang menetapkan standar kerja layak bagi awak kapal perikanan—kelompok pekerja yang selama ini luput dari pelindungan ketenagakerjaan yang memadai. Konvensi ini mengatur hak dasar seperti jam kerja yang manusiawi, pelindungan kesehatan dan keselamatan kerja, kepastian kontrak kerja, serta jaminan sosial. Ratifikasi konvensi ini menjadi penting, bukan hanya demi menjamin hak-hak nelayan Indonesia di kapal berbendera asing, tetapi juga untuk memperbaiki tata kelola sektor perikanan nasional yang selama ini penuh ketimpangan.

Menyadari bahwa dalam sidang ILO, suara pekerja Indonesia diwakili oleh perwakilan konfederasi serikat buruh, maka muncul gagasan strategis: menggandeng konfederasi buruh besar di Indonesia untuk bersama-sama menyuarakan urgensi ratifikasi ILO C188.

Sebagai tindak lanjut, Team 9 bersama Jejaring serikat buruh sektor maritim Indonesia melakukan serangkaian roadshow ke beberapa konfederasi besar di Jakarta. Kunjungan kami antara lain ke:

  • KSPSI yang dipimpin oleh Bapak Jumhur Hidayat,
  • KSPSI yang dipimpin oleh Bapak Yorris Raweyai,
  • KASBI (Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia),
  • KSPSI-CAITU (Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia ),
  • KSPN (Konfederasi Serikat Pekerja Nasional),
  • KSPI (Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia) dan
  • KSBSI  ( Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia )

Dalam setiap pertemuan, kami menyampaikan pentingnya posisi strategis mereka sebagai representasi buruh dalam forum internasional seperti ILO. Kami juga berdiskusi mengenai kemungkinan mengangkat isu ratifikasi ILO C188 dalam momentum peringatan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei yang akan datang. Harapan kami, para pimpinan konfederasi ini dapat menyelipkan seruan ratifikasi ILO C188 baik dalam orasi lapangan maupun dalam siaran pers resmi mereka.

Seruan ini bukan sekadar simbolis. Ini adalah bentuk nyata tanggung jawab bersama untuk mendorong negara memenuhi kewajibannya terhadap jutaan awak kapal perikanan yang selama ini bekerja dalam situasi yang rawan eksploitasi, minim pelindungan, dan sering kali tak terlihat oleh sistem hukum ketenagakerjaan nasional.

Kami percaya bahwa dukungan dari konfederasi buruh nasional akan memberi tekanan moral dan politik yang lebih kuat kepada pemerintah untuk segera mengambil langkah progresif: meratifikasi ILO C188 sebagai komitmen terhadap pelindungan pekerja migran sektor perikanan.

Perjalanan dari Marrakesh hingga ke jalan-jalan Jakarta di Hari Buruh nanti semestinya menjadi pengingat bahwa perjuangan buruh lintas sektor dan lintas batas negara adalah satu. Karena tak ada yang namanya buruh kelas dua. Setiap pekerja, termasuk awak kapal perikanan, berhak atas kerja yang layak dan pelindungan yang adil.


29 thoughts on “Mendorong Ratifikasi ILO C188: Dari Marrakesh ke Jakarta

  1. I cling on to listening to the newscast talk about receiving boundless online grant applications so I have been looking around for the top site to get one. Could you advise me please, where could i get some?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *